Sabtu, 21 Januari 2012

MAKNA RELIGIUS DAN SOSIAL DARI MEJAUMAN

Mejauman adalah nama suatu upacara yang merupakan bagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Bali yang umumnya dilaksanakan setelah upacara pokok pengesahan perkawinan selesai. Mejauman merupakan upacara kunjungan resmi religius kedua mempelai dari rumah keluarga pihak laki-laki (purusa) ke rumah keluarga pihak perempuan (pradana). Nama lain dari mejauman adalah : ngaba jaja, ngaba ketipat bantal, atau ngunya.

Walaupun tidak akan merubah keabsahan perkawinan yang telah dilaksanakan mejauman tetap dipandang sebagai satu acara yang penting dan penuh arti. Oleh karena itu keluarga pihak laki-laki sangat mengusahakan agar upacara perkawinan anak laki-lakinya dapat dilengkapi dengan upacara mejauman. Dengan melaksanakan upacara mejauman nilai perkawinan secara keagamaan dan sosial dipandang akan menjadi lebih berbobot terutama di bidang pertalian kekerabatan antara keluarga asal pihak laki-laki dengan keluarga asal pihak perempuan. Disamping juga lebih memberi rasa tenang bagi kedua belah pihak.

Makna religius dari mejauman tampak dari kunjungan pihak keluarga laki-laki ke keluarga pihak perempuan yang dilengkapi dengan berbagai jenis sesajen yang akan dihaturkan di Pemerajan (tempat pemujaan keluarga) keluarga pihak perempuan. Sesajen yang dihaturkan di Pemerajan dengan diantar oleh rohaniawan dimaksudkan memohon pamitan mempelai perempuan kepada Bhatara/Bhatari leluhurnya, serta memohon perkenan dan restu para Bhatara/Bhatari leluhur, bahwa sejak saat itu si perempuan tidak lagi merupakan warga dalam rumah asalnya melainkan sudah menjadi warga dalam rumah keluarga suaminya. Begitu juga anak-anak yang akan dilahirkan nantinya bukanlah pelanjut warga rumah asalnya melainkan merupakan generasi penerus dalam keluarga suaminya.

Dalam aspek sosial mejauman merupakan permohonan pamitan mempelai perempuan kepada orang tua atau keluarganya. Dalam hal ini akan terdapat pemutusan ikatan antara si perempuan dengan orang tua atau keluarganya. Pemutusan ikatan dimaksud bukanlah pemutusan ikatan kasih sayang antara orang tua dengan anak melainkan pada pemutusan ikatan dalam segi perlindungan hukum orang tua (guru rupaka), perdata, pewarisan.

Bagi mempelai laki-laki sebagai suami baru mejauman merupakan saat baginya untuk memohon restu mertua bagi keselamatan mereka, serta mulai menerima tanggung jawab mengayomi isteri. Juga merupakan saat yang tepat bagi si laki-laki memperkenalkan diri kepada prajuru (aparatur) desa/banjar, mengikat tali kekerabatan baru dengan segenap keluarga si isteri.

Begitulah makna pokok dari upacara mejauman pada perkawinan adat Bali yang ada baiknya dipahami oleh mereka yang melangsungkan perkawinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar