Kamis, 24 Juni 2010

Meniru Orang Yang Dijadikan Model

Pada satu kesempatan, saya pergi ke tukang cuci motor untuk cuci motor sekaligus ganti oli. Sambil menunggu saya duduk di ruang tunggu sambil membaca koran terbitan daerah yang tergeletak di atas meja. Sebenarnya saya malas membaca koran itu. Bukan karena saya tidak suka membaca koran . Juga bukan karena isi beritanya, tetapi dikarenakan koran yang tersedia itu adalah koran yang terbit dua hari sebelumnya. Karena tidak ada bahan bacaan lain dan dari pada bengong saya baca juga koran itu. Dari berita yang dimuat koran itu yang saya baca adalah berita tentang politisi yang akan ikut kompetisi pada pemilu. Dan, para politisi yang yang akan berkompetisi itu ternyata ada politisi yang orang tuanya atau salah satu orang tuanya juga adalah politisi. Jadi si anak menjadi politisi meniru jejak orang tuanya menjadi politisi.

Pada kesempatan lain, saya, isteri, dan anak sedang makan siang. Sudah menjadi kebiasaan kami kalau makan sambil nonton televisi. Kebetulan televisi saya baru kemarin diambil dari bengkel. Jadilah kami makan bersama sambil nonton televisi. Kalau nonton televisi bersama-sama saya bukanlah penentu chanel dan acara apa yang akan ditonton. Termasuk pada siang itu saya hanya ikut-ikutan nonton acara pilihan isteri tercinta. Acara kesukaannya adalah acara tentang dunia selebritis. Dan, siang itu ditayangkan kisah seorang anak yang sedang meniti karir menjadi seorang artis mengikuti jejak orang tuanya yang saat ini adalah seorang artis yang terkenal di negeri ini. Jadi si anak menjadi artis karena orang tuanya juga adalah artis.

Dan pada kesempatan lainnya lagi, saya pergi belanja ke pasar tradisional. Walaupun sekarang sedang tren pasar modern (pasar swalayan) tidak menyurutkan niat saya belanja ke pasar tradisional. Sesampai di pasar saya langsung menuju ke satu los yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Beberapa pembeli sudah lebih dulu ada disana. Sambil antre saya mengamati si penjual yang tampak masih muda. Umurnya kira-kira 20 tahun. Saya terkesan dengan kecermatan, kesabaran, dan keramahannya melayani setiap pembeli. Ketika hal itu secara bisik-bisik saya sampaikan ke pembeli yang ada di belakang saya pembeli itu juga mempunyai kesan yang sama. Bahkan, pembeli itu menambahkan bahwa si pedagang itu dari masih anak-anak sudah diajak berdagang oleh orang tuanya.

Dari ceritera saya di atas ternyata seseorang dari keluarga politisi akhirnya juga menjadi politisi. Seseorang menjadi artis karena berasal dari keluarga artis. Seseorang menjadi pedagang karena sedari kecil sudah diajak berdagang oleh kedua orang tuanya. Ada juga seseorang menjadi guru karena kedua orang tuanya atau salah satu orang tuanya adalah seorang guru. Lalu, apakah semua itu karena kebetulan ?

Bukan sesuatu yang kebetulan jika seseorang dari keluarga politisi akhirnya juga menjadi seorang politisi. Bukan sesuatu yang kebetulan jika seseorang dari keluarga artis kemudian juga menjadi artis. Bukan sesuatu yang kebetulan jika seseorang dari keluarga pedagang akan menjadi pedagang yang handal. Apa-apa yang dikerjakan oleh seseorang sebenarnya meniru dari orang-orang tertentu yang dijadikan model, sengaja atau tanpa disengaja Dalam proses belajar meniru sering kali terjadi tanpa disadari. Seseorang meniru atau mencontoh lingkungan terdekatnya. Seseorang meniru atau mencontoh orang-orang yang paling berpengaruh terhadap dirinya. Pada ceritera di atas seorang anak sengaja atau tanpa sengaja, tanpa disadari telah meniru atau mencontoh orang-orang yang paling berpengaruh terhadap dirinya yang dijadikan model dan berasal dari lingkungan terdekat, yaitu orang tuanya. Si anak yang bercita-cita menjadi politisi bisa berhasil menjadi politisi karena belajar meniru atau mencontoh orang tuanya yang paling berpengaruh terhadap dirinya yang juga adalah seorang politisi dan memberi dukungan kepada si anak untuk menjadi seorang politisi. Begitu juga halnya dengan si anak yang menjadi artis dan si anak yang menjadi pedagang.

Jadi, apabila lingkungan memberi dukungan dan orang-orang yang berpengaruh terhadap seseorang ternyata sebenarnya “yang diinginkan menjadi” maka besar kemungkinan seseorang akan berhasil menjadi apa yang diinginkan. Tetapi apabila lingkungan tidak begitu memberi dukungan dan orang-orang yang berpengaruh terhadap seseorang ternyata sebenarnya adalah “bukan yang diinginkan menjadi” maka sangat besar kemungkinan seseorang itu akan tersesat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar