Sabtu, 25 September 2010

MANUSIA BIASA BISA LUPA

Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Salah satu kemampuan manusia yang terbatas tersebut adalah kemampuan mengingat. Umumnya manusia sulit untuk bisa mengingat secara terus menerus dan sedetilnya semua kejadian atau semua peristiwa yang pernah dialami, dilihat, dirasakan, atau didengar. Kita sering mendengar orang mengatakan, “Aduh, lupa..” ketika ia diingatkan tentang hal-hal yang harus dilakukan, dikerjakan, disampaikan, atau dibicarakan. Atau, kita sendiri pernah kebingungan mencari kunci rumah atau kunci mobil atau kacamata. Padahal beberapa menit yang lalu barang-barang tersebut masih kita pegang tetapi lupa entah dimana kita menaruhnya.

Lupa atau tidak dapat mengingat dengan semestinya merupakan fenomena yang sangat lumrah terjadi pada seseorang. Lupa terhadap hal-hal yang kurang berkesan atau kurang diperhatikan, namun apabila diberi isyarat atau tanda (clue) maka hal tersebut masih dapat diingat kembali meskipun detilnya terlupakan. Lupa yang demikian termasuk lupa normal. Sedangkan lupa abnormal biasanya merupakan gejala demensia (pikun dini), dan mempunyai ciri-ciri derajat lupa sudah keterlaluan terutama hal yang baru terjadi (recent event), dan bila diberi tanda (clue) juga tetap tidak bisa mengingat kembali seolah tidak pernah mengalami kejadian tersebut (http://kipsaint.com/isi/antara-depresi-dan-sifat-lupa.html)

Dengan bisa lupa atau tidak mengingat sesaat tentang suatu hal pernah dialami, dirasakan, atau dilihat, manusia bisa berfikir secara jernih tentang hal-hal lainnya. Juga manusia bisa berkonsentrasi secara penuh terhadap hal-hal yang sedang dikerjakan atau sedang dipikirkan lebih-lebih pada saat menghadapi situasi yang sangat menentukan. Tanpa bisa melupakan sesaat semua kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, dirasakan, atau dilihat, manusia tidak akan bisa berfikir jernih. Juga tidak bisa berkonsentrasi secara penuh serta tidak bisa focus pada pekerjaan atau situasi yang sedang dihadapi. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya diri kita apabila kita tidak punya sifat lupa.

Akan tetapi sifat lupa, apalagi bila menjadi seorang pelupa, bisa menjengkelkan juga. Sesuatunya bisa menjadi berantakan hanya karena lupa. Hal-hal yang telah direncanakan dengan matang bisa jadi sia-sia hanya karena ada yang dilupakan. Kepercayaan dari atasan menjadi hilang hanya karena lupa mengerjakan perintah atasan. Peluang emas dari mitra bisnis menjadi hilang hanya karena lupa pada janji-janji yang telah disepakati bersama. Istri atau anak-anak bisa marah-marah karena lupa dijemput. Itu hanya sekedar contoh saja, hal-hal yang bisa terjadi hanya karena lupa.
Untuk menghindari dari kelupaan maka digunakanlah cara-cara tertentu. Bisa berupa catatan, tulisan, kode/tanda, bunyi/suara, atau cara-cara lainnya. Misalnya, agar tidak lupa membeli barang-barang tertentu maka sebelum pergi belanja dibuatkan catatan tentang barang-barang yang akan dibeli. Agar tidak lupa pada janji yang telah disepakati maka dibuatkan jadual kegiatan harian/mingguan. Dan, agar tidak lupa melakukan kegiatan penting pada hari dan jam tertentu kita bisa menggunakan handphone sebagai alat pengingat.

Nah, bisa lupa ternyata tidak sepenuhnya jelek. Juga tidak sepenuhnya baik. Bagi saya, ada manfaatnya juga bisa lupa atau bisa tidak mengingat, asal tidak sampai menjadi pikun. Bagaimana dengan Anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar