Rabu, 17 Maret 2010

NYEPI : Merayakan Tahun Baru Dengan Sunyi

Pada hari Selasa, 16 Maret 2010 adalah merupakan tahun baru umat Hindu di Indonesia, yaitu tahun baru Saka. Tahun baru Saka diperingati setiap tahun oleh umat Hindu yaitu pada penanggal apisan sasih kedasa (tanggal satu bulan ke sepuluh dalam tarikh Bali), sehari setelah tilem kesanga (ke sembilan), yang  biasanya jatuh pada bulan Maret tahun Masehi. Pada tahun 2010 ini tahun baru Saka sudah memasuki tahun 1932.



Di Bali, perayaan tahun baru Saka dirayakan dengan Hari Nyepi. Berbeda dengan tahun baru Masehi yang biasanya dirayakan dengan kemeriahan, pada tahun baru Saka yang merupakan Hari Nyepi  umat Hindu justru dilarang keluar rumah. Di Bali, Nyepi bahkan diwujudkan dengan kesunyian yang seragam dan serentak. Namanya Nyepi sipeng.  Pada saat Nyepi jagat Bali sunyi  selama sehari  non stop. Pada malam hari gelap gulita karena penerangan ditiadakan atau digunakan seminim mungkin.  Selama sehari  itu segala aktivitas  diistirahatkan. Pelabuhan udara maupun pelabuhan laut yang menghubungkan pulau Bali dengan dunia luar ditutup. Pusat-pusat kegiatan ekonomi, perkantoran,  juga ditutup.  Bahkan, Nyepi tahun Saka 1932 ini untuk  pertama kalinya semua stasiun televisi (dan radio) tidak melakukan siaran di Bali. 

 Pada saat Nyepi umat Hindu  diajak diam, bersamadi, melakukan kilas balik dan merenungkan seluruh peristiwa yang terjadi. Umat diajak  menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan hiburan duniawi (amati lelanguan), menahan diri untuk tidak menyalakan api (amati gni), menahan diri untuk tidak melakukan  rutinitas kerja yang melelahkan (amati karya), menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan bepergian (amati lelungan). Keempat larangan melakukan kegiatan pada saat Nyepi  tersebut disebut dengan Catur Brata Penyepian.

Nyepi memberi  manusia ruang dan waktu sesaat merenung untuk merasakan seperti apa rasanya tiada. Dalam kehidupan sehari-hari, setelah jenuh disibukan oleh rutinitas, jenuh oleh hiruk pikuk kehidupan kota, maupun dijenuhkan oleh kesibukan melakukan aktivitas                                                    di bidang ekonomi, manusia  merindukan sesaat berada dalam  kesunyian,ketenangan.                                                                         Untuk mengobati kerinduannya itu lalu manusia pun berusaha mencari dan mendapatkan sunyi, tenang. Entah dengan beristirahat di daerah pegunungan, entah berlibur ke pulau sepi. Di tempat sepi seperti itu manusia ingin lepas dari rutinitas, lepas dari keriuhan hiruk pikuk kehidupan kota, lepas dari kesibukan sebagai mesin ekonomi.

 Nyepi mengajak manusia untuk menghentikan segala aktivitas sehingga alam semesta (makrokosmos), diri manusia (mikrokosmos) jadi hening, jernih, bersih. Setelah  diubek-ubek selama setahun alam semesta (makrokosmos), diri manusia (mikrokosmos) menjadi keruh. Maka untuk menjernihkannya kembali perlu dilakukan pengheningan. Ibarat air telaga setelah habis diubek-ubek  air telaga akan menjadi keruh.  Pengheningan air telaga hanya dapat dilakukan dengan mendiamkan sehingga air telaga menjadi tenang.  

Pada saat Nyepi berdiam diri, merenung, bersamadi,  dan tidak melakukan aktivitas sehari penuh bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak sedikit orang yang sangat gelisah karena dilarang ke luar rumah sekalipun itu hanya sehari dalam setahun. Mereka yang terbiasa keluyuran di jalan  diharuskan diam di rumah sehari penuh. Mereka yang terbiasa dengan kehidupan terang benderang diharuskan berada dalam kegelapan. Mereka yang tiap hari berhitung dengan “untung rugi” harus rela kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan. Memang tidak mudah melakukan pekerjaan yang tidak biasa dilakukan. Butuh kemauan dan kesadaran yang tumbuh dari diri sendiri untuk mencoba secara teratur dan perlahan-lahan. Berbahagialah mereka yang dapat menjinakkan diri sendiri.


Sumber : Dari berbagai sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar